Judul: Sukreni Gadis Bali
Penulis: A.A. Panji Tisna
Bahasa: Indonesia
Kulit Muka: Soft Cover
Tebal: 100 Halaman
Berat Buku: 90 g
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun: Cetakan Kedua puluh 2001
Kondisi: Cukup Bagus (BUKU BEKAS/Kondisi fisik sesuai foto)
Harga: Rp. 20.000,-
Sinopsis
Men Negara berasal dari Karangasem, Bali. Ia meninggalkan daerah itu
karena suatu persoalan dengan suaminya. Buleleng adalah tempat
tujuannya. Mula-mulai ia menumpang di rumah seorang haji yang mempunyai
tanah dan kebun yang luas. Namun, karena Men Negara rajin bekerja dan
hemat, ia kemudian dapat memiliki kebun sendiri. Ketika pergi dari
Karangasem, ia meninggalkan seorang anak yang baru berusia delapan
bulan. Di tempat ini ia melahirkan dua orang anak bernama I Negeri yang
berparas cantik itu dapat menarik para pekerja pemetik kelapa untuk
singgal di warungya. Disamping itu, Men Negara pun pandai memasak
sehingga masakannya selalu disukai oleh para pekerja itu. Di antara
mereka yang datang ke warung Men Negara adalah I Gde Swamba, seorang
pemilik kebun kelapa itu. Tak luput dari semua itu, Ni Negeri dan sudah
tentu pula ibunya, mengharapkan agar anak gadisnya itu dapat memikat I
Gde Swamba menjadi suaminya.
Suatu ketika, datanglah seorang manteri polisi bernama I Gusti Made
Tusan ke daerah itu. Sebagai manteri polisi, ia disegani dan ditakuti
penduduk. Banyak sudah kejahatan yang berhasil ditumpasnya. Ini berkat
kerjasamanya dengan seorang mata-mata bernama I Made Aseman. Siang itu
hampir saja Men Negara harus berurusan dengan I Gusti Made Aseman karena
I Made Aseman mengetahui bahwa Men Nagara telah memotong babi tanpa
surat izin dari yang berwenang. I Made Aseman sangat berharap agar Men
Nagara dipenjarakan di Singaraja karena kesalahannya itu. Jika Men
Nagara negara masuk penjara, para pemetik kelapa akan pindah ke warung
iparnya. Namun, apa yang diharapkan I Made Aseman sia-sia belaka karena
tuannya, I Gusti Made Tusan telah terpikat oleh tutur kata dan senyum Ni
Negeri. Siang itu, Ida Gde Swamba dan para pemetik kelapa sedang makan
dan minum di warung Men Nagara. Tanpa sepengetahuan mereka, datang
seorang gadis bernama Luh Sukreni ke warung Men Nagara. Ia mencari I Gde
Swamba untuk urusan sengketa warisan dengan kakaknya, I Sangia yang
telah masuk agama kristen. Menurut adat dan agama Bali, jika seorang
anak beralih agama lain, baginya tak ada hak untuk menerima harta
warisan.
Namun kedatangan
Luh Sukreni itu justru membuat Men Nagara dan Ni
Negeri iri hati, apalagi Sukreni yang lebih cantik itu menanyakan Ida
Gde Swamba. Ketika Menteri polisi itu tampak tertarik pada Sukreni dan
berniat menjadikan Ni Sukrenis sebagai wanita simpanannya, dicarinyalah
siasat agar keinginan Menteri Polisi terpenuhi. Pada kedatanganya yang
kedua, Luh Sukreni kembali menanyakan Ida Gde Swamba di warung Men
Negara. Namun orang yang dicarinya tak ada. Dengan ramah dan senyum
manis, ibu dan anak menerima Luh Sukreni bahkan mereka memintanya untuk
bermalam di warungnya sampai Ida Gde Swamba tiba. Tanpa prasangka burk,
Luh Sukreni menerima tawaran itu. Saat itulah Men Negara menjalankan
siasat jahatnya. Pada malam harinya, Luh Sukreni diperkosa oleh I Gusti
Made Tusan. “Terima kasih Men Negara, atas pertolonganmu itu,
hampir-hampir tak berhasil tetapi…”. Begitulah I Gusti Made Tusan
menyatakan kesenangannya atas siasat busuk Men Negara. Sejak kejadian
itu Luh Sukreni pergi entah kemana.
Alangkah terkejutnya Men Negara ketika I Negara, anaknya yang tidak
bersama I Sudiana teman seperjalanan Luh Sukreni, mengatakan bahwa Ni
Sukreni adalah anak kandung Men Negara sendiri. Ayah Ni Sukreni, I
Nyoman Raka telah mengganti nama Men Widi menjadi Ni Sukreni. Perubahan
nama itu dimaksudkan agar Ni Sukreni tak dapat diketahui lagi oleh
ibunya. Men Negara sangat menyesal karena ia telah mengorbankan anaknya
sendiri.
Ni Sukreni tak mau kembali ke kampungnya. Ia sangat malu apabila
kejadian itu diketahui oleh ayahnya dan orang-orang di kampungnya. Ia
mengembara entah kemana. Namun, Pan Gumiarning, salah seorang sahabat
ayahnya, mau menerima Ni Sukreni untuk tinggal di rumahnya. Tak lama
kemudian. Ni Sukreni melahirkan seorang anak dari hasil perbuatan jahat I
Gusti Made Tusan. Anak itu diberi nama I Gustam.
Takdir telah menentukan Ni Sukreni dapat bertemu kembali Ida Gde Swamba.
Semua itu berkat pertolongan I Made Aseman yang pada waktu itu sedang
menjalani hukuman di Singaraja karena telah memukul I Negara sampai tak
sadarkan diri. Ida Gde Swamba berjanji akan mengurus dan membiayai
anaknya itu.
I Gustam ternyata tumbuh dengan perangai dan tabiat yang kasar. Sewaktu
berusia dua belas tahun, ia sudah berani memukul kepala ibunya. Setelah
dewasa, ia berani pula mencuri sampai akhirnya masuk tahanan polisi.
Didalam tahanan, I Gustam justru banyak memperoleh pelajaran cara
merampok dari I Sintung, salah seorang perampok dan penjahat berat yang
sudah terkenal keganasannya, ahli dalam hal perampokan dan kejahatan.
Setelah keluar dari penjara, I Gustam membentuk sebuah kelompok. I
Sintung yang ketika di dalam penjara sebagai gurunya, kini bertekuk
lutut di bawah perintah I Gustam yang tak segan-segan membunuh siapa
saja yang menentang perintahnya. Pada suatu malam, kelompok yang
dikepalai I Gustam melaksanakan aksi perampokan di warung Men Negara.
Namun rencana itu sudah diketahui oleh aparat keamanan. Perampokan di
Men Negara mendapat perlawanan dari polisi yang dipimpin oleh I Gusti
Made Tusan. I Gusti Made Tusan sendiri tidak mengenal bahwa musuh yang
sedang dihadapinya adalah anaknya sendiri. Maka ketika I Gustam hampir
putus asa karena terkena kelewang ayahnya, I Gusti Made Tusan baru
mengetahui bahwa yang terbunuh itu adalah anaknya sendiri, setelah ia
mendengar teriakan I Made Aseman. Akhirnya ayah dan anak itupun
tersungkur dan mati!.